Cerita Pendek Rohani

Paskah Terindah


“Dengan Darah-Nya Kita Ditebus dan Menjadi Manusia Baru dalam kebenaran...” Dengan kusyuk aku mendengarkan kata demi kata yang disampaikan oleh pendeta yang kini sudah menginjak usia 53 tahun ini yang masih tetap semangat saat menyampaikan firman. Sekilas aku melihat papa, mama dan Doni, kakak satu-satunya yang kumiliki juga dalam situasi yang sama meski aku tahu ada sesuatu yang sulit mereka sembunyikan dari pandanganku.
***

Namaku Paskah, aku diberi nama ini sebab aku lahir tanggal 14 april, ya tepatnya di malam Paskah. Makanya aku mendapatkan nama ini. Sebenarnya nama panjangku Paskah Christin Herman. Awalnya malu juga dan sering ditertawain oleh teman sekelas setiap aku memperkenalkan namaku kepada teman-teman baruku. Papaku yang seorang tentara ditugaskan berpindah-pindah, hingga saat ini aku udah menghitung-hitung sekitar 6 kali kami pindah tempat tinggal. Jadi otomatis sekolahku pun ikut berpindah-pindah juga. Kami sekarang menempati sebuah perumahan tentara yang aku pikir kayaknya lebih layak dari tempat-tempat sebelumnya. Papaku, tentara yang berpangkat sedang, merupakan sosok yang disiplin dan tegas namun dibalik sikap itu, dia sangat menyayangi kami. Lain halnya dengan mama, ya sosok paling sabar yang pernah aku temui biasanya membantu menambah penghasilan dengan menjajahkan makanan-makanan kecil yang aku pikir paling enak sedunia. Sementara doni, kakakku yang selalu saja banyak menolongku dalam mengerjakan tugas dan lain sebagainya adalah kakak terbaik yang ada. Tapi kini dia sementara melanjutkan pendidikan kemiliterannya di salah satu kota di pulau Jawa. Mm, coba ada pemilihan keluarga ideal, aku pikir kami bisa juara, asalkan aku gak dianggap dalam keluarga saja. Hehe, alasannya, aku yang paling bandel, malas sukanya keluyuran ma teman-teman sampai capek trus pulang dan tidur. Ya aku yang paling beda. Meski demikian aku paling disayang oleh papa dan mama dibanding doni. Mungkin karena aku lahir cukup jauh jaraknya dengan kak doni. Kami beda 7 tahun dan itu sebabnya aku paling dimanja.
*** 

Darah-Mu Yesus, Sucikan aku, ku dijadikan Baru... serentak jemaat yang hadir memenuhi bait Gereja tua yang sudah cukup termakan usia namun masih menyisahkan sedikit bayangan keindahannya di masa lampau menyanyikan pujian ini. Ini lagu kesukaanku, ya benar ini lagu yang selalu papa perdengarkan kepadaku sebelum tidur. Entah kenapa aku pikir bahwa lagu ini paling tepat mewakili apa yang sudah Tuhan Yesus Perbuat untuk kita manusia. Penyiksaan-Nya, kematian-Nya menjadi bukti ketulusan kasih bagi hidup manusia. Sementara pujian ini terus mengalun, kulihat mama, yang duduk paling pojok diantara kami menitikkan air mata. Papa berusaha kuat semntara kak doni hanya tertunduk diam. Aku yang ada di samping mama cuma bingung dengan mereka, kan ini lagu kesukaanku, kok mereka terlihat berbeda.
*** 

Paskah, cepetan, tar papamu telat tuh, teriak mama dari teras depan memanggilku. hari ini hari pertama aku sekolah sejak liburan kenaikan kelas dan pindah tugasnya papa. Mama, paskah berangkat dulu ya, pamitku pada mama yang sedang beres-beres rumah, sambil memasuki mobil. Kulihat papa sedang bersiap menyalakan mobil tua kesayanganya. Kamu itu harus rajin belajar biar pintar, kata papa memulai percakapan sambil mengendarai mobil. Papa yakin kamu punya potensi, tetapi kamu terlalu banyak bermain. Contoh tuh sama kakak doni, tambah papa. Ya, meskipun papa keras tetapi dia sangat sayang padaku dan peduli pada prestasiku. Aku jadi ingat kisahku waktu kecil dulu.
***

Pa, kita harus bagaimana sekarang? tanya mama dalam keadaan penuh isak tangis. Mama, percayakan semuanya kepada dokter dan Tuhan Yesus, paskah akan sehat kembali seperti dulu. Samar-samar kumendengar percakapan orang tuaku karena aku masih belum sepenuhnya sadar.
***

Papa, Mama... Mana kalian? Papa, mama.. kucoba sekeras kekuatanku berteriak memanggil mereka. Paskah, papa dan mamamu sudah meninggal sementara doni juga belum ditemukan mayatnya. Kata seorang pria dengan pakaian kuning dan helm mendekatiku. Mereka tidak dapat diselamatkan. apa?? tidak.... Papa.. mama.. Jangan pergi.. Paskah gak mau sendirian.. Ka' Doni...
paskah.. paskah.. Kamu kenapa nak? tiba-tiba aku terbangun dan mendapatkan mama di sisiku dan membangunkan aku dari mimpi itu. ma, paskah takut, kataku sambil memeluk mama. Jangan kemana-mana ya. paskah janji jadi anak yang baik.

Tidak ada komentar: