BAB
I
PANDANGAN
MENGENAI ALKITAB BISA SALAH
Pandangan yang ingin dikemukakan di
sini, dikelompokkan dalam tiga sub bagian utama.
Pandangan Filsafat
Modern
Penolakan terhadap ketaksalahan
Alkitab sudah ada pada akhir abad pertengahan dan pada masa reformasi. Puncak
pecahnya keraguan terhadap ketaksalahan Alkitab terjadi pada abad ke-17.
Induktivisme
Francis Bacon, penganut induktivisme
menyatakan bahwa semua kebenaran diungkapkan secara induktif. Metode induktif
adalah cara yang benar untuk penafsiran mengenai alam semesta. Geisler mengutip
perkataan Bacon, “kita harus percaya Firman Allah, sekalipun akal kita goncang
karena yang dipercayai itu.”
Materialisme
Thomas Hobbes secara umum dianggap
sebagai bapak dari Materialisme modern. Hobbes berpendapat bahwa kita harus
menerima dengan iman secara buta hal-hal yang tidak masuk akal dalam Alkitab.
Rasionalisme
Benedict Spinoza menyatakan
prinsip-prinsip bahwa semua kebenaran adalah dapat diketahui secara matematika.
Alkitab berisi kontradiksi-kontradiksi; alkitab hanya berisi firman allah;
alkitab bukan penyataan proposional; alkitab hanya berwibawa dalam hal-hal yang
berhubungan dengan agama; dan lain-lain.
Empirisme Skeptik
Menurut pandangan ini, tak ada
maklumat alkitabiah mengenai Allah yang dapat sungguh-sungguh dijadikan sebagai
bahan informasi. Bahasa Alkitab merupakan ekspresi yang bersifat emosi secara
murni dari perasaan agamawi dati para penulis yang adalah manusia itu.
Agnostisisme
Salah satu konsekuensi dari filsafat
Immanuel Kant adalah fakta atau nilai dikotomi. Dunia objektif dari fakta
adalah dunia yang dapat dilihat dalam
pengalaman kita. Hal ini dapat dikenal oleh pikiran kita. Dunia subjektif dari
kehendak tak dapat dikenal melalui akal sejati melainkan melalui akal praktis.
Bagi Kant moralitaslah yang menentukan Alkitab menjadi Firman Allah. Moralitas
menyingkirkan kebutuhan akan mujizat.
Eksistensialisme
Soren kierkegaard dengan
eksistensialismenya, telah membangun neo orthodoks. Ia menyatakan mengenai
Allah lain sama sekali dan berlawanan dengan akal manusia. Kierkegaard mengungkapkan bahwa semua yang mengandung
fakta dan sejarah tidak mempunyai makna agamawi.
Pandangan Kritik
Historis
Definisi Istilah kritik
Istilah kritik berasal dari bahasa
Yunani, Kritikos yang berarti kesanggupan untuk membedakan atau menilai.
Sasaran dari penilaian ini adalah melihat dan menilai sebuah tulisan tepat
sebagaimana adanya, bukan untuk mencari kesalahan. Pengertian sehari-hari dari
istilah kritik lebih cenderung dipahami secara negatif. Tapi pengertian
mula-mula, ketika dikaitkan dengan Alkitab, adalah positif.
Kritik Alkitab terdiri dari kritik
rendah dan tinggi. Sebutan kritik rendah didasarkan pada statusnya yang
merupakan langkah permulaan dan bahkan merupakan dasar dari semua penyelidikan
yang lebih jauh. Kritik tinggi terdiri dari kritik tentang sumber atau sastra,
kritik tentang bentuk dan redaksi.
Latar Belakang Kritik Historis
Kritik historis muncul karena adanya
perubahan sosial dan politik, perkembangan ilmu pengetahuan dan juga filsafat.
Sampai pada abad-16, yaitu masa setelah reformasi gereja, Alkitab diterima
sebagai seratus persen firman Allah yang benar dan juga dapat dipercayai.
Tetapi pada akhir abad ke-17 dan secara menonjol pada abad 18 dan 19, keaslian
dalam Alkitab mulai diragukan. Menurut denis Green, sarjana-sarjana terpengaruh
dengan aliran filsafat yang berkembang masa itu, khususnya Hegelianisme dan
Darwinisme.
Hakekat Kritik Historis
Kritik
historis mulai dengan suatu praanggapan negatif. Menurut pandangan ini, tak ada
sesuatu pun dalam Alkitab yang dapat diterima sebagai firman Allah kalau tak
dapat dibuktikan demikian. Bagian Alkitab akan dibuang kalau tidak sesuai
dengan akal.
Alkitab dijadikan obyek kritik dan
penelitian sejarah, sebab bagi kritik historis, Alkitab hanyalah merupakan
sebuah buku yang sedikit berbeda dan bahkan tidak lebih suci dari buku-buku
lain.
Pandangan Mengenai
Pembentukan Alkitab
Pembentukan Alkitab dianggap
manusiawi, artinya tanpa campur tangan Allah secara istimewa. Karena itu
keputusan-keputusan itu dapat salah. Manusia
yang terlibat dalam proses ini memang termasuk manusia-manusia yang
beriman, namun tetaplah manusia juga.
James Barr tidak setuju kalau
menyebut atau menyejajarkan Alkitab sebagai firman Allah atau penyataan,
seolah-olah pembentukan Alkitab merupakan suatu proses gerak dari Allah menuju
manusia. Alkitab mengandung pernyataan-pernyataan manusia tentang
kepercayaannya, peristiwa-peristiwa yang dialaminya, cerita-cerita yang pernah
diceritakan kepadanya dan sebagainya.
Kritik Historis
Perjanjian Lama
Kritik historis Perjanjian Lama
dapat didefenisikan sebagai suatu cabang studi yang berhubungan dengan isi
sejarah sesungguhnya dari naskah Alkitab. Suatu upaya untuk membuktikan
kesejarahan dari masing-masing peristiwa yang berbeda, seperti air bah,
keluarnya bangsa Israel dari mesir, peperangan Yosua di Kanaan,
pergantian-pergantian kekuasaan dalam kerajaan, pembaharuan bangsa Israel
sesudah pembuangan, dan peristiwa sejarah lainnya dari bangsa Ibrani yang
tercatat dalam Perjanjian Lama.
Kritik Historis
Perjanjian Baru
Kritik historis yang dikenakan pada
Perjanjian Lama, diberlakukan juga bagi Perjanjian Baru, yakni melihat keaslian
sejarah dengan menyelidiki sumber dan bentuk tulisan. Kritik historis
Perjanjian Baru dimulai oleh para sarjana Jerman, mereka menyangkal kewibawaan
kitab-kitab tertentu dalam Perjanjian Baru. Misalnya surat-surat penggembalaan
bukan tulisan Paulus.
Kritik terhadap Injil-Injil Sinoptis
Injil-Injil Sinoptis adalah Matius, Markus, Lukas. Sebutan
Sinoptis dipakai pertama kali oleh J.J. Griesbach, menjelang akhir abad ke-18.
Disebut demikian karena Injil-Injil itu memiliki begitu banyak persamaan sehingga
dapat disusun dalam tiga kolom seperti sinoptis artinya pandangan.
Dalam menyelidiki sumber penulisan,
digunakan teori yang disebut hipotesis dokumen. Menurut teori ini ada dua
sumber bagi penulisan sinoptis. Yang pertama adalah kitab Markus sebagai bentuk
tulisan paling awal dan sumber Q yang dalam bahasa jerman Quelle artinya
sumber. Matius dan Lukas dianggap sama-sama mengutip dari sumber Q.
Kritik Terhadap Injil Yohanes dan
Kisah Para Rasul
Kitab Yohanes dan KPR juga tidak
lepas dari penyelidikan para pengeritik. Mereka menganggap bahwa perkataan
langsung (Ipsissima verba) dari Tuhan Yesus dan rasul-rasul bukanlah asli.
Semuanya sudah diubah oleh penulis atau yang menyunting perkataan-perkataan
itu.
Kritik terhadap Surat-surat
Perjanjian Baru
Para pengeritik tidak menerima begitu
saja, bahwa Pauluslah yang menulis surat-surat, sekalipun sudah jelas
dicantumkan nama Paulus sebagai pengirimnya. Surat II Petrus juga dianggap
biukan tulisan Rasul Petrus sekalipun dalam pasal 1:1 jelas disebutkan nama
Simon Petrus.
Pandangan Neoortodoks
Latar
Belakang
Ajaran neoortodoks muncul sebagai
reaksi terhadap ajaran Liberal yang sudah jauh meninggalkan pandangan
konservatif mengenai kewibawaan Alkitab. Neoortodoks menuntut kembali kepada
firman, kedaulatan Allah, keberdosaan manusia dan kebutuhan manusia akan
pengampunan. Dilihat dari tuntutannya, kelihatan seperti kembali kepada
pandangan ortodoks, tetapi sebenarnya ortodoks semu atau palsu, sebab tidak
memperdulikan dan bahkan tidak mengakui fakta sejarah dalam bagian tertentu
Alkitab.
Pandangan Neo-ortodoks terhadap
Alkitab
Barth mengemukakan tiga bentuk dari
firman, yaitu Firman Allah yang dikhotbahkan, firman Allah yang yang tertulis
dalam Kitab suci, dan firman Allah yang bentuk sepenuhnya dinyatakan dalam diri
Yesus Kristus. Bagi barth, Alkitab hanya memberi kesaksian tentang penyataan
dan karena itu bukan penyataan. Neo ortodoks atau Baarthhianisme berpihak pada
aliran liberalisme dalam menafsirkan Alkitab.
BAB II
PEMAHAMAN MENGENAI
KETIDAKSESUAIAN DALAM ALKITAB
Maksud pembahasan di sini adalah
untuk membuktikan bahwa Alkitab merupakan saru kesatuan yang utuh, tidak ada
pertentangan di dalamnya. Fakta sejarah dan ilmu pengetahuan dalam Alkitab
dapat dipercaya kebenarannya, asal saja pemahamannyapun benar.
Ketidaksesuaian bagian-bagian dalam
Alkitab
Alkitab merupakan kesatuan kebenaran
dan karena itu tidak ada bagian–bagian yang bertentangan di dalamnya.
Sebenarnya ketidaksesuaian ini lebih mudah dianggap sebagai kesukaran-kesukaran
dari pada sebagai pertentangan.
Ketidaksesuaian dalam jumlah
Bilangan
Masalah ketidaksesuaian dalam jumlah
bilangan, yang muncul dalam bentuk variasi sebenarnya dapat dipahami melalui
beberapa cara pemecahan. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena kesalahan
dalam penyalinan naskah asli Alkitab.
Mungkin penulis menggunakan angka bulat atau kira-kira atau mungkin cara hitung
yang berbeda.
Ketidaksesuaian dalam Lokasi
Perbedaan mengenai lokasi kuburan
Yusuf dalam Yosua 24:32 dan KPR 7:16 menjadi wacana pemikiran tentang kesalahan
ini. Namun sesungguhnya kedua hal ini pararel jika dihubungkan dari sejarah
yang terjadi pada masa Abraham dan Ishak.
Ketidaksesuaian dalam Sejarah
Silsilah Yesus Kristus merupakan
satu pokok yang dipersoalkan. Karena terdapat perbedaan dalam Matius dan Lukas.
Pemecahan yang umum diterima adalah bahwa kitab Matius menggunakan silsilah
Yusuf sementara Lukas mempergunakan silsilah Maria. Kedua silsilah ini penting
untuk diuraikan dengan berbagai alasan sebab keduanya saling melengkapi
nubuatan para nabi dalam Perjanjian Lama.
Ketidaksesuaian dalam Nubuatan
Nubuatan tentang kebangkitan Yesus
dan fakta yang terjadi sesudahnya dianggap tidak ada kesesuaian. Yesus
menyatakan setelah tiga hari Dia akan bangkit, sementara yang terjadi justru
tidak sama. Bernard Ramm menyatakan hal yang penting adalah prinsip penggunaan
waktu yang diberlakukan orang Yahudi sedikit berbeda dengan kita.
Ketidaksesuaian Alkitab dengan
Bukti-bukti Luar
Dalam bagian ini akan dibahas
penyataan-penyataan Alkitab yang berbeda dengan bukti-bukti di luar Alkitab.
Ketidaksesuaian
Alkitab dengan Ilmu Pengetahuan
Menurut Rimmer sebenarnya tidak
sulit untuk memahami harmonisasi Alkitab dengan ilmu pengetahuan. Ia
mengusulkan empat dalilyang perlu dimengerti. Pertama, Alkitab berisi kebenaran
ilmu pengetahuan sekalipun dikemukakan dengan bahasa yang tidak ilmiah. Kedua,
Alkitab tidak berisi kekeliruan mengenai
ilmu pengetahuan pada masa penulisannya. Ketiga, Alkitab tidak setuju dengan
kesalahan modern sebagaimana juga menentang kekeliruan kuno. Keempat, Alkitab
telah mengantisipasi beberapa penemuan dalam abad-abad belakangan ini.
Ketidaksesuaian
Alkitab dengan Sejarah
Persoalan mengenai anggapan
ketidaksesuaian cerita Alkitab dengan sejarah dapat dipecahkan melalui
penelitian dalam bidang arkaelogi/purbakala. Meskipun belum sepenuhnya bisa
menjawab, namun arkaelogi sudah mampu meberi rujukan-rujukan tentang Alkitab
tidak bertentangan dengan sejarah manusia.
BAB III
PANDANGAN KAUM INJILI
Dalam bab ini akan dibahas pandangan kaum Injili, yang
meliputi pandangan dari tokoh-tokoh tertentu, lembaga, dan gereja, mulai dari
reformasi hingga menjelang abad 20.
Arti dan Perkembangan
Injil
Istilah Injil dari bahasa Yunani euanggelion artinya
kabar baik. Dalam sastra klasik kata euangelion menunjuk suatu hadiah yang
diberikan karena kabar baik atau berita kemenangan, tapi kemudian juga untuk
berita-berita lain yang membawa sukacita.
Istilah injil merupakan azas yang menunjuk kepada
komitmen dalam kaitan dengan iman dan praktik hidup kristen yang di dalamnya
Injil menjadi pengikat. Dalam perkembangannya istilah ini dipakai secar luas
dan dalam pengertian yang berbeda-beda.