26 Mei 2013

Pandangan Tentang Ineransi Alkitab



BAB I
PANDANGAN MENGENAI ALKITAB BISA SALAH

            Pandangan yang ingin dikemukakan di sini, dikelompokkan dalam tiga sub bagian utama.
Pandangan Filsafat Modern
            Penolakan terhadap ketaksalahan Alkitab sudah ada pada akhir abad pertengahan dan pada masa reformasi. Puncak pecahnya keraguan terhadap ketaksalahan Alkitab terjadi pada abad ke-17.
Induktivisme
            Francis Bacon, penganut induktivisme menyatakan bahwa semua kebenaran diungkapkan secara induktif. Metode induktif adalah cara yang benar untuk penafsiran mengenai alam semesta. Geisler mengutip perkataan Bacon, “kita harus percaya Firman Allah, sekalipun akal kita goncang karena yang dipercayai itu.”
Materialisme
            Thomas Hobbes secara umum dianggap sebagai bapak dari Materialisme modern. Hobbes berpendapat bahwa kita harus menerima dengan iman secara buta hal-hal yang tidak masuk akal dalam Alkitab.
Rasionalisme
            Benedict Spinoza menyatakan prinsip-prinsip bahwa semua kebenaran adalah dapat diketahui secara matematika. Alkitab berisi kontradiksi-kontradiksi; alkitab hanya berisi firman allah; alkitab bukan penyataan proposional; alkitab hanya berwibawa dalam hal-hal yang berhubungan dengan agama; dan lain-lain.
Empirisme Skeptik
            Menurut pandangan ini, tak ada maklumat alkitabiah mengenai Allah yang dapat sungguh-sungguh dijadikan sebagai bahan informasi. Bahasa Alkitab merupakan ekspresi yang bersifat emosi secara murni dari perasaan agamawi dati para penulis yang adalah manusia itu.
Agnostisisme
            Salah satu konsekuensi dari filsafat Immanuel Kant adalah fakta atau nilai dikotomi. Dunia objektif dari fakta adalah dunia yang  dapat dilihat dalam pengalaman kita. Hal ini dapat dikenal oleh pikiran kita. Dunia subjektif dari kehendak tak dapat dikenal melalui akal sejati melainkan melalui akal praktis. Bagi Kant moralitaslah yang menentukan Alkitab menjadi Firman Allah. Moralitas menyingkirkan kebutuhan akan mujizat.
Eksistensialisme
            Soren kierkegaard dengan eksistensialismenya, telah membangun neo orthodoks. Ia menyatakan mengenai Allah lain sama sekali dan berlawanan dengan akal manusia. Kierkegaard  mengungkapkan bahwa semua yang mengandung fakta dan sejarah tidak mempunyai makna agamawi.
Pandangan Kritik Historis
Definisi Istilah kritik
            Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani, Kritikos yang berarti kesanggupan untuk membedakan atau menilai. Sasaran dari penilaian ini adalah melihat dan menilai sebuah tulisan tepat sebagaimana adanya, bukan untuk mencari kesalahan. Pengertian sehari-hari dari istilah kritik lebih cenderung dipahami secara negatif. Tapi pengertian mula-mula, ketika dikaitkan dengan Alkitab, adalah positif.
            Kritik Alkitab terdiri dari kritik rendah dan tinggi. Sebutan kritik rendah didasarkan pada statusnya yang merupakan langkah permulaan dan bahkan merupakan dasar dari semua penyelidikan yang lebih jauh. Kritik tinggi terdiri dari kritik tentang sumber atau sastra, kritik tentang bentuk dan redaksi.
Latar Belakang Kritik Historis
            Kritik historis muncul karena adanya perubahan sosial dan politik, perkembangan ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Sampai pada abad-16, yaitu masa setelah reformasi gereja, Alkitab diterima sebagai seratus persen firman Allah yang benar dan juga dapat dipercayai. Tetapi pada akhir abad ke-17 dan secara menonjol pada abad 18 dan 19, keaslian dalam Alkitab mulai diragukan. Menurut denis Green, sarjana-sarjana terpengaruh dengan aliran filsafat yang berkembang masa itu, khususnya Hegelianisme dan Darwinisme.
Hakekat Kritik Historis
Kritik historis mulai dengan suatu praanggapan negatif. Menurut pandangan ini, tak ada sesuatu pun dalam Alkitab yang dapat diterima sebagai firman Allah kalau tak dapat dibuktikan demikian. Bagian Alkitab akan dibuang kalau tidak sesuai dengan akal.
            Alkitab dijadikan obyek kritik dan penelitian sejarah, sebab bagi kritik historis, Alkitab hanyalah merupakan sebuah buku yang sedikit berbeda dan bahkan tidak lebih suci dari buku-buku lain.
Pandangan Mengenai Pembentukan Alkitab
            Pembentukan Alkitab dianggap manusiawi, artinya tanpa campur tangan Allah secara istimewa. Karena itu keputusan-keputusan itu dapat salah. Manusia  yang terlibat dalam proses ini memang termasuk manusia-manusia yang beriman, namun tetaplah manusia juga.
            James Barr tidak setuju kalau menyebut atau menyejajarkan Alkitab sebagai firman Allah atau penyataan, seolah-olah pembentukan Alkitab merupakan suatu proses gerak dari Allah menuju manusia. Alkitab mengandung pernyataan-pernyataan manusia tentang kepercayaannya, peristiwa-peristiwa yang dialaminya, cerita-cerita yang pernah diceritakan kepadanya dan sebagainya.
Kritik Historis Perjanjian Lama
            Kritik historis Perjanjian Lama dapat didefenisikan sebagai suatu cabang studi yang berhubungan dengan isi sejarah sesungguhnya dari naskah Alkitab. Suatu upaya untuk membuktikan kesejarahan dari masing-masing peristiwa yang berbeda, seperti air bah, keluarnya bangsa Israel dari mesir, peperangan Yosua di Kanaan, pergantian-pergantian kekuasaan dalam kerajaan, pembaharuan bangsa Israel sesudah pembuangan, dan peristiwa sejarah lainnya dari bangsa Ibrani yang tercatat dalam Perjanjian Lama.
Kritik Historis Perjanjian Baru
            Kritik historis yang dikenakan pada Perjanjian Lama, diberlakukan juga bagi Perjanjian Baru, yakni melihat keaslian sejarah dengan menyelidiki sumber dan bentuk tulisan. Kritik historis Perjanjian Baru dimulai oleh para sarjana Jerman, mereka menyangkal kewibawaan kitab-kitab tertentu dalam Perjanjian Baru. Misalnya surat-surat penggembalaan bukan tulisan Paulus.
Kritik terhadap Injil-Injil Sinoptis
            Injil-Injil Sinoptis  adalah Matius, Markus, Lukas. Sebutan Sinoptis dipakai pertama kali oleh J.J. Griesbach, menjelang akhir abad ke-18. Disebut demikian karena Injil-Injil itu memiliki begitu banyak persamaan sehingga dapat disusun dalam tiga kolom seperti sinoptis artinya pandangan.
            Dalam menyelidiki sumber penulisan, digunakan teori yang disebut hipotesis dokumen. Menurut teori ini ada dua sumber bagi penulisan sinoptis. Yang pertama adalah kitab Markus sebagai bentuk tulisan paling awal dan sumber Q yang dalam bahasa jerman Quelle artinya sumber. Matius dan Lukas dianggap sama-sama mengutip dari sumber Q.
Kritik Terhadap Injil Yohanes dan Kisah Para Rasul
            Kitab Yohanes dan KPR juga tidak lepas dari penyelidikan para pengeritik. Mereka menganggap bahwa perkataan langsung (Ipsissima verba) dari Tuhan Yesus dan rasul-rasul bukanlah asli. Semuanya sudah diubah oleh penulis atau yang menyunting perkataan-perkataan itu.
Kritik terhadap Surat-surat Perjanjian Baru
            Para pengeritik tidak menerima begitu saja, bahwa Pauluslah yang menulis surat-surat, sekalipun sudah jelas dicantumkan nama Paulus sebagai pengirimnya. Surat II Petrus juga dianggap biukan tulisan Rasul Petrus sekalipun dalam pasal 1:1 jelas disebutkan nama Simon Petrus.
Pandangan Neoortodoks
Latar Belakang
            Ajaran neoortodoks muncul sebagai reaksi terhadap ajaran Liberal yang sudah jauh meninggalkan pandangan konservatif mengenai kewibawaan Alkitab. Neoortodoks menuntut kembali kepada firman, kedaulatan Allah, keberdosaan manusia dan kebutuhan manusia akan pengampunan. Dilihat dari tuntutannya, kelihatan seperti kembali kepada pandangan ortodoks, tetapi sebenarnya ortodoks semu atau palsu, sebab tidak memperdulikan dan bahkan tidak mengakui fakta sejarah dalam bagian tertentu Alkitab.

Pandangan Neo-ortodoks terhadap Alkitab
            Barth mengemukakan tiga bentuk dari firman, yaitu Firman Allah yang dikhotbahkan, firman Allah yang yang tertulis dalam Kitab suci, dan firman Allah yang bentuk sepenuhnya dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Bagi barth, Alkitab hanya memberi kesaksian tentang penyataan dan karena itu bukan penyataan. Neo ortodoks atau Baarthhianisme berpihak pada aliran liberalisme dalam menafsirkan Alkitab.

BAB II
PEMAHAMAN MENGENAI KETIDAKSESUAIAN DALAM ALKITAB

            Maksud pembahasan di sini adalah untuk membuktikan bahwa Alkitab merupakan saru kesatuan yang utuh, tidak ada pertentangan di dalamnya. Fakta sejarah dan ilmu pengetahuan dalam Alkitab dapat dipercaya kebenarannya, asal saja pemahamannyapun benar.
Ketidaksesuaian bagian-bagian dalam Alkitab
            Alkitab merupakan kesatuan kebenaran dan karena itu tidak ada bagian–bagian yang bertentangan di dalamnya. Sebenarnya ketidaksesuaian ini lebih mudah dianggap sebagai kesukaran-kesukaran dari pada sebagai pertentangan.
Ketidaksesuaian dalam jumlah Bilangan
            Masalah ketidaksesuaian dalam jumlah bilangan, yang muncul dalam bentuk variasi sebenarnya dapat dipahami melalui beberapa cara pemecahan. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena kesalahan dalam  penyalinan naskah asli Alkitab. Mungkin penulis menggunakan angka bulat atau kira-kira atau mungkin cara hitung yang berbeda.
Ketidaksesuaian dalam Lokasi
            Perbedaan mengenai lokasi kuburan Yusuf dalam Yosua 24:32 dan KPR 7:16 menjadi wacana pemikiran tentang kesalahan ini. Namun sesungguhnya kedua hal ini pararel jika dihubungkan dari sejarah yang terjadi pada masa Abraham dan Ishak.
Ketidaksesuaian dalam Sejarah
            Silsilah Yesus Kristus merupakan satu pokok yang dipersoalkan. Karena terdapat perbedaan dalam Matius dan Lukas. Pemecahan yang umum diterima adalah bahwa kitab Matius menggunakan silsilah Yusuf sementara Lukas mempergunakan silsilah Maria. Kedua silsilah ini penting untuk diuraikan dengan berbagai alasan sebab keduanya saling melengkapi nubuatan para nabi dalam Perjanjian Lama.
Ketidaksesuaian dalam Nubuatan
            Nubuatan tentang kebangkitan Yesus dan fakta yang terjadi sesudahnya dianggap tidak ada kesesuaian. Yesus menyatakan setelah tiga hari Dia akan bangkit, sementara yang terjadi justru tidak sama. Bernard Ramm menyatakan hal yang penting adalah prinsip penggunaan waktu yang diberlakukan orang Yahudi sedikit berbeda dengan kita.
Ketidaksesuaian Alkitab dengan Bukti-bukti Luar
            Dalam bagian ini akan dibahas penyataan-penyataan Alkitab yang berbeda dengan bukti-bukti di luar Alkitab.
Ketidaksesuaian Alkitab dengan Ilmu Pengetahuan
            Menurut Rimmer sebenarnya tidak sulit untuk memahami harmonisasi Alkitab dengan ilmu pengetahuan. Ia mengusulkan empat dalilyang perlu dimengerti. Pertama, Alkitab berisi kebenaran ilmu pengetahuan sekalipun dikemukakan dengan bahasa yang tidak ilmiah. Kedua, Alkitab tidak berisi kekeliruan  mengenai ilmu pengetahuan pada masa penulisannya. Ketiga, Alkitab tidak setuju dengan kesalahan modern sebagaimana juga menentang kekeliruan kuno. Keempat, Alkitab telah mengantisipasi beberapa penemuan dalam abad-abad belakangan ini.
Ketidaksesuaian Alkitab dengan Sejarah
            Persoalan mengenai anggapan ketidaksesuaian cerita Alkitab dengan sejarah dapat dipecahkan melalui penelitian dalam bidang arkaelogi/purbakala. Meskipun belum sepenuhnya bisa menjawab, namun arkaelogi sudah mampu meberi rujukan-rujukan tentang Alkitab tidak bertentangan dengan sejarah manusia.

BAB III
PANDANGAN KAUM INJILI

            Dalam bab ini akan dibahas pandangan kaum Injili, yang meliputi pandangan dari tokoh-tokoh tertentu, lembaga, dan gereja, mulai dari reformasi hingga menjelang abad 20.
Arti dan Perkembangan Injil
            Istilah Injil dari bahasa Yunani euanggelion artinya kabar baik. Dalam sastra klasik kata euangelion menunjuk suatu hadiah yang diberikan karena kabar baik atau berita kemenangan, tapi kemudian juga untuk berita-berita lain yang membawa sukacita.
            Istilah injil merupakan azas yang menunjuk kepada komitmen dalam kaitan dengan iman dan praktik hidup kristen yang di dalamnya Injil menjadi pengikat. Dalam perkembangannya istilah ini dipakai secar luas dan dalam pengertian yang berbeda-beda.

Tidak ada komentar: