26 Mei 2013

Pandangan Tentang Ineransi Alkitab



BAB I
PANDANGAN MENGENAI ALKITAB BISA SALAH

            Pandangan yang ingin dikemukakan di sini, dikelompokkan dalam tiga sub bagian utama.
Pandangan Filsafat Modern
            Penolakan terhadap ketaksalahan Alkitab sudah ada pada akhir abad pertengahan dan pada masa reformasi. Puncak pecahnya keraguan terhadap ketaksalahan Alkitab terjadi pada abad ke-17.
Induktivisme
            Francis Bacon, penganut induktivisme menyatakan bahwa semua kebenaran diungkapkan secara induktif. Metode induktif adalah cara yang benar untuk penafsiran mengenai alam semesta. Geisler mengutip perkataan Bacon, “kita harus percaya Firman Allah, sekalipun akal kita goncang karena yang dipercayai itu.”
Materialisme
            Thomas Hobbes secara umum dianggap sebagai bapak dari Materialisme modern. Hobbes berpendapat bahwa kita harus menerima dengan iman secara buta hal-hal yang tidak masuk akal dalam Alkitab.
Rasionalisme
            Benedict Spinoza menyatakan prinsip-prinsip bahwa semua kebenaran adalah dapat diketahui secara matematika. Alkitab berisi kontradiksi-kontradiksi; alkitab hanya berisi firman allah; alkitab bukan penyataan proposional; alkitab hanya berwibawa dalam hal-hal yang berhubungan dengan agama; dan lain-lain.
Empirisme Skeptik
            Menurut pandangan ini, tak ada maklumat alkitabiah mengenai Allah yang dapat sungguh-sungguh dijadikan sebagai bahan informasi. Bahasa Alkitab merupakan ekspresi yang bersifat emosi secara murni dari perasaan agamawi dati para penulis yang adalah manusia itu.
Agnostisisme
            Salah satu konsekuensi dari filsafat Immanuel Kant adalah fakta atau nilai dikotomi. Dunia objektif dari fakta adalah dunia yang  dapat dilihat dalam pengalaman kita. Hal ini dapat dikenal oleh pikiran kita. Dunia subjektif dari kehendak tak dapat dikenal melalui akal sejati melainkan melalui akal praktis. Bagi Kant moralitaslah yang menentukan Alkitab menjadi Firman Allah. Moralitas menyingkirkan kebutuhan akan mujizat.
Eksistensialisme
            Soren kierkegaard dengan eksistensialismenya, telah membangun neo orthodoks. Ia menyatakan mengenai Allah lain sama sekali dan berlawanan dengan akal manusia. Kierkegaard  mengungkapkan bahwa semua yang mengandung fakta dan sejarah tidak mempunyai makna agamawi.
Pandangan Kritik Historis
Definisi Istilah kritik
            Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani, Kritikos yang berarti kesanggupan untuk membedakan atau menilai. Sasaran dari penilaian ini adalah melihat dan menilai sebuah tulisan tepat sebagaimana adanya, bukan untuk mencari kesalahan. Pengertian sehari-hari dari istilah kritik lebih cenderung dipahami secara negatif. Tapi pengertian mula-mula, ketika dikaitkan dengan Alkitab, adalah positif.
            Kritik Alkitab terdiri dari kritik rendah dan tinggi. Sebutan kritik rendah didasarkan pada statusnya yang merupakan langkah permulaan dan bahkan merupakan dasar dari semua penyelidikan yang lebih jauh. Kritik tinggi terdiri dari kritik tentang sumber atau sastra, kritik tentang bentuk dan redaksi.
Latar Belakang Kritik Historis
            Kritik historis muncul karena adanya perubahan sosial dan politik, perkembangan ilmu pengetahuan dan juga filsafat. Sampai pada abad-16, yaitu masa setelah reformasi gereja, Alkitab diterima sebagai seratus persen firman Allah yang benar dan juga dapat dipercayai. Tetapi pada akhir abad ke-17 dan secara menonjol pada abad 18 dan 19, keaslian dalam Alkitab mulai diragukan. Menurut denis Green, sarjana-sarjana terpengaruh dengan aliran filsafat yang berkembang masa itu, khususnya Hegelianisme dan Darwinisme.
Hakekat Kritik Historis
Kritik historis mulai dengan suatu praanggapan negatif. Menurut pandangan ini, tak ada sesuatu pun dalam Alkitab yang dapat diterima sebagai firman Allah kalau tak dapat dibuktikan demikian. Bagian Alkitab akan dibuang kalau tidak sesuai dengan akal.
            Alkitab dijadikan obyek kritik dan penelitian sejarah, sebab bagi kritik historis, Alkitab hanyalah merupakan sebuah buku yang sedikit berbeda dan bahkan tidak lebih suci dari buku-buku lain.
Pandangan Mengenai Pembentukan Alkitab
            Pembentukan Alkitab dianggap manusiawi, artinya tanpa campur tangan Allah secara istimewa. Karena itu keputusan-keputusan itu dapat salah. Manusia  yang terlibat dalam proses ini memang termasuk manusia-manusia yang beriman, namun tetaplah manusia juga.
            James Barr tidak setuju kalau menyebut atau menyejajarkan Alkitab sebagai firman Allah atau penyataan, seolah-olah pembentukan Alkitab merupakan suatu proses gerak dari Allah menuju manusia. Alkitab mengandung pernyataan-pernyataan manusia tentang kepercayaannya, peristiwa-peristiwa yang dialaminya, cerita-cerita yang pernah diceritakan kepadanya dan sebagainya.
Kritik Historis Perjanjian Lama
            Kritik historis Perjanjian Lama dapat didefenisikan sebagai suatu cabang studi yang berhubungan dengan isi sejarah sesungguhnya dari naskah Alkitab. Suatu upaya untuk membuktikan kesejarahan dari masing-masing peristiwa yang berbeda, seperti air bah, keluarnya bangsa Israel dari mesir, peperangan Yosua di Kanaan, pergantian-pergantian kekuasaan dalam kerajaan, pembaharuan bangsa Israel sesudah pembuangan, dan peristiwa sejarah lainnya dari bangsa Ibrani yang tercatat dalam Perjanjian Lama.
Kritik Historis Perjanjian Baru
            Kritik historis yang dikenakan pada Perjanjian Lama, diberlakukan juga bagi Perjanjian Baru, yakni melihat keaslian sejarah dengan menyelidiki sumber dan bentuk tulisan. Kritik historis Perjanjian Baru dimulai oleh para sarjana Jerman, mereka menyangkal kewibawaan kitab-kitab tertentu dalam Perjanjian Baru. Misalnya surat-surat penggembalaan bukan tulisan Paulus.
Kritik terhadap Injil-Injil Sinoptis
            Injil-Injil Sinoptis  adalah Matius, Markus, Lukas. Sebutan Sinoptis dipakai pertama kali oleh J.J. Griesbach, menjelang akhir abad ke-18. Disebut demikian karena Injil-Injil itu memiliki begitu banyak persamaan sehingga dapat disusun dalam tiga kolom seperti sinoptis artinya pandangan.
            Dalam menyelidiki sumber penulisan, digunakan teori yang disebut hipotesis dokumen. Menurut teori ini ada dua sumber bagi penulisan sinoptis. Yang pertama adalah kitab Markus sebagai bentuk tulisan paling awal dan sumber Q yang dalam bahasa jerman Quelle artinya sumber. Matius dan Lukas dianggap sama-sama mengutip dari sumber Q.
Kritik Terhadap Injil Yohanes dan Kisah Para Rasul
            Kitab Yohanes dan KPR juga tidak lepas dari penyelidikan para pengeritik. Mereka menganggap bahwa perkataan langsung (Ipsissima verba) dari Tuhan Yesus dan rasul-rasul bukanlah asli. Semuanya sudah diubah oleh penulis atau yang menyunting perkataan-perkataan itu.
Kritik terhadap Surat-surat Perjanjian Baru
            Para pengeritik tidak menerima begitu saja, bahwa Pauluslah yang menulis surat-surat, sekalipun sudah jelas dicantumkan nama Paulus sebagai pengirimnya. Surat II Petrus juga dianggap biukan tulisan Rasul Petrus sekalipun dalam pasal 1:1 jelas disebutkan nama Simon Petrus.
Pandangan Neoortodoks
Latar Belakang
            Ajaran neoortodoks muncul sebagai reaksi terhadap ajaran Liberal yang sudah jauh meninggalkan pandangan konservatif mengenai kewibawaan Alkitab. Neoortodoks menuntut kembali kepada firman, kedaulatan Allah, keberdosaan manusia dan kebutuhan manusia akan pengampunan. Dilihat dari tuntutannya, kelihatan seperti kembali kepada pandangan ortodoks, tetapi sebenarnya ortodoks semu atau palsu, sebab tidak memperdulikan dan bahkan tidak mengakui fakta sejarah dalam bagian tertentu Alkitab.

Pandangan Neo-ortodoks terhadap Alkitab
            Barth mengemukakan tiga bentuk dari firman, yaitu Firman Allah yang dikhotbahkan, firman Allah yang yang tertulis dalam Kitab suci, dan firman Allah yang bentuk sepenuhnya dinyatakan dalam diri Yesus Kristus. Bagi barth, Alkitab hanya memberi kesaksian tentang penyataan dan karena itu bukan penyataan. Neo ortodoks atau Baarthhianisme berpihak pada aliran liberalisme dalam menafsirkan Alkitab.

BAB II
PEMAHAMAN MENGENAI KETIDAKSESUAIAN DALAM ALKITAB

            Maksud pembahasan di sini adalah untuk membuktikan bahwa Alkitab merupakan saru kesatuan yang utuh, tidak ada pertentangan di dalamnya. Fakta sejarah dan ilmu pengetahuan dalam Alkitab dapat dipercaya kebenarannya, asal saja pemahamannyapun benar.
Ketidaksesuaian bagian-bagian dalam Alkitab
            Alkitab merupakan kesatuan kebenaran dan karena itu tidak ada bagian–bagian yang bertentangan di dalamnya. Sebenarnya ketidaksesuaian ini lebih mudah dianggap sebagai kesukaran-kesukaran dari pada sebagai pertentangan.
Ketidaksesuaian dalam jumlah Bilangan
            Masalah ketidaksesuaian dalam jumlah bilangan, yang muncul dalam bentuk variasi sebenarnya dapat dipahami melalui beberapa cara pemecahan. Ketidaksesuaian ini mungkin terjadi karena kesalahan dalam  penyalinan naskah asli Alkitab. Mungkin penulis menggunakan angka bulat atau kira-kira atau mungkin cara hitung yang berbeda.
Ketidaksesuaian dalam Lokasi
            Perbedaan mengenai lokasi kuburan Yusuf dalam Yosua 24:32 dan KPR 7:16 menjadi wacana pemikiran tentang kesalahan ini. Namun sesungguhnya kedua hal ini pararel jika dihubungkan dari sejarah yang terjadi pada masa Abraham dan Ishak.
Ketidaksesuaian dalam Sejarah
            Silsilah Yesus Kristus merupakan satu pokok yang dipersoalkan. Karena terdapat perbedaan dalam Matius dan Lukas. Pemecahan yang umum diterima adalah bahwa kitab Matius menggunakan silsilah Yusuf sementara Lukas mempergunakan silsilah Maria. Kedua silsilah ini penting untuk diuraikan dengan berbagai alasan sebab keduanya saling melengkapi nubuatan para nabi dalam Perjanjian Lama.
Ketidaksesuaian dalam Nubuatan
            Nubuatan tentang kebangkitan Yesus dan fakta yang terjadi sesudahnya dianggap tidak ada kesesuaian. Yesus menyatakan setelah tiga hari Dia akan bangkit, sementara yang terjadi justru tidak sama. Bernard Ramm menyatakan hal yang penting adalah prinsip penggunaan waktu yang diberlakukan orang Yahudi sedikit berbeda dengan kita.
Ketidaksesuaian Alkitab dengan Bukti-bukti Luar
            Dalam bagian ini akan dibahas penyataan-penyataan Alkitab yang berbeda dengan bukti-bukti di luar Alkitab.
Ketidaksesuaian Alkitab dengan Ilmu Pengetahuan
            Menurut Rimmer sebenarnya tidak sulit untuk memahami harmonisasi Alkitab dengan ilmu pengetahuan. Ia mengusulkan empat dalilyang perlu dimengerti. Pertama, Alkitab berisi kebenaran ilmu pengetahuan sekalipun dikemukakan dengan bahasa yang tidak ilmiah. Kedua, Alkitab tidak berisi kekeliruan  mengenai ilmu pengetahuan pada masa penulisannya. Ketiga, Alkitab tidak setuju dengan kesalahan modern sebagaimana juga menentang kekeliruan kuno. Keempat, Alkitab telah mengantisipasi beberapa penemuan dalam abad-abad belakangan ini.
Ketidaksesuaian Alkitab dengan Sejarah
            Persoalan mengenai anggapan ketidaksesuaian cerita Alkitab dengan sejarah dapat dipecahkan melalui penelitian dalam bidang arkaelogi/purbakala. Meskipun belum sepenuhnya bisa menjawab, namun arkaelogi sudah mampu meberi rujukan-rujukan tentang Alkitab tidak bertentangan dengan sejarah manusia.

BAB III
PANDANGAN KAUM INJILI

            Dalam bab ini akan dibahas pandangan kaum Injili, yang meliputi pandangan dari tokoh-tokoh tertentu, lembaga, dan gereja, mulai dari reformasi hingga menjelang abad 20.
Arti dan Perkembangan Injil
            Istilah Injil dari bahasa Yunani euanggelion artinya kabar baik. Dalam sastra klasik kata euangelion menunjuk suatu hadiah yang diberikan karena kabar baik atau berita kemenangan, tapi kemudian juga untuk berita-berita lain yang membawa sukacita.
            Istilah injil merupakan azas yang menunjuk kepada komitmen dalam kaitan dengan iman dan praktik hidup kristen yang di dalamnya Injil menjadi pengikat. Dalam perkembangannya istilah ini dipakai secar luas dan dalam pengertian yang berbeda-beda.

Pneumatologi dalam Kehidupan Orang Percaya (Roma 8:1-31)


Paulus, Rasul besar sepanjang masa yang dikenal luas sebagai seorang yang sungguh amat giat memberitakan Injil Kristus ke seluruh dunia (pada zamannya). Seorang Yahudi tulen berwarga negara Roma juga yang awalnya adalah seorang yang hidup dengan kebencian yang besar kepada orang percaya, namun dipulihkan dengan pertemuan mistis dengan Tuhan Yesus di Damsyik. Dikenal pula sebagai penulis terbanyak dalam Kitab Perjanjian baru (16 kitab) yang merupakan jumlah terbanyak di antara penulis kitab lainnya (Dr. Lukas, Rasul Yohanes, Musa, Salomo, dll). Kitab Roma adalah tulisan Paulus saat dia berada di Korintus dan dalam kerinduan terbesarnya untuk rencana perjalanannya ke Roma sesudah mengantarkan bantuan begi orang percaya di Yerusalem yang menderita kekurangan.
Pokok tulisan kitab Roma dibagi dalam beberapa bagian penting. Bagian pertama, terdiri dari pasal 1-8 yang berisi doktrin pengajaran Paulus bagi jemaat Kristen di Roma. Bagian kedua pasal 9-11 berbicara tentang bangsa Yahudi. Bagian ketiga 12-15 adalah tentang masalah praktis. Dan pasal 16 adalah berisi ungkapan salam penulis kepada jemaat-jemaat yang ada di Roma.
Pembahasan dalam bagian ini adalah bagian pertama tentang doktrin pengajaran Rasul Paulus kepada orang percaya di Roma. Khususnya tentang pekerjaan Roh Kudus dalam hidup orang percaya pada pasal 8. Kurang lebih 20 kali kata Roh dipakai (dalam bentuk Roh, Roh Kristus, Roh Dia, Roh Allah) dalam pasal 8: 1-30.  Kata Roh Kudus yang dipergunakan di sini dalam bahasa aslinya (Yunani) ditafsirkan dari kata pneumatos/ Πνεύματος (Neuter).
Peran dan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup orang percaya sangat kompleks dan continual dalam hidup orang percaya.  Menurut Roma pasal 8, peran pertama dari Roh Kudus adalah memberi hidup (ζωή) dan memerdekakan dari hukum dosa dan maut (ay 2). Marie Claire Barth berkata, Roh Kudus memberikan hidup kepada manusia dalam kandungan lahir dan batin beserta pula memberikan kehidupan kekal pada manusia. (Marie Claire Barth, Hati Allah Bagaikan hati  Seorang Ibu, hal 195). Kuasa Roh Kudus yang nyata memang dengan pasti mengungkapkan kehadirannya yang memberikan pengaruh signifikan dalam hidup setiap pribadi yang menundukkan hidup secara total kepada Allah. Karya hidup yang dikerjakan oleh Roh Kudus kepada manusia dimulai dari pekerjaan-Nya pada kebangkitan Kristus (ay 11) yang kemudian berlanjut pada pemberian hidup kepada orang percaya. Pemberian hidup atas orang percaya mengandung dua makna, yaitu memberikan kehidupan yang baru bagi kehidupan lahiriah pada saat menerima Kristus dan dalam kehidupan di dunia seterusnya juga memberikan jaminan hidup kekal sebagai kepunyaan Allah dalam kehidupan sesudah di dunia.
Paulus ingin menyampaikan kepada orang percaya di Roma, bahwa hukum Roh dalam Yesus telah membebaskan mereka dari hukum dosa dan kematian. Ayat 2 ini dipergunakan sebagai alasan atau jawaban dari ayat sebelumnya tentang adanya kecaman hukuman bagi orang percaya dalam Kristus. Ayat ini mengidentifikasikan bahwa persatuan dalam Kristus telah membenarkan dan memerdekakan orang percaya dari hukuman dan dosa.
Untuk mencapai kemerdekaan atas hukum, dosa dan kematian ini diperoleh melalui pemberian Putera Tunggal dari Allah (Band Yohanes 3:16), melalui Yesus Tuhan yang menjadi manusia, kemudian menyerahkan diri-Nya untuk menggantikan manusia di posisi salah atas kayu salib. Kematian ini menyatakan bahwa Allah mengutuk dosa yang ada dalam diri manusia. Sehingga semuanya ditangguhkan Allah kepada Kristus, anak-Nya yang tunggal apa yang seharusnya menjadi konsekuensi atas dosa tiap pribadi manusia digantikan dan diserahkan semuanya kepada Yesus Kristus.
Kata hukum dari Nomos, kata benda, tunggal maskulin nominatif. Hukum yang ada dalam ayat ini mengacu pada kekuatan otoritatif dari dosa dan kematian rohani sebelum lahir baru. Yang kemudian dengan otoritatif kuasa Roh Kudus dibebaskan dari pengaruh otoritatif dosa melalui pengalaman rohani seperti baptisan Roh. Hal ini dinyatakan lewat 1 Korintus 12:13, sebab dalam satu Roh kita semua dibaptis menjadi satu tubuh, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Juga dalam Galatia 3:26-28, sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.
Peran Roh Kudus ditambahkan oleh ayat 6, bahwa hidup yang diberikan memiliki sifat damai sejahtera. Perbandingan dilontarkan oleh Paulus tentang perbedaan kontras antara kehidupan yang dipengaruhi daging dengan keindetikan dengan dosa yang menguasai hidup setiap pribadi yang sudah pasti menjadi seteru Allah (ay 7) dan jelas sangat tidak berkenan kepada Allah (ay 8) dengan kehidupan yang dikuasai Roh yang memberikan kekuatan, menuntun dalam pikiran dan kehendak Allah menuju puncak hidup yang dinyatakan sebagai kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera.
Kata damai diterjemahkan dari kata eirene (kata benda tunggal nominatif feminin) yang mengacu pada perdamaian dengan Allah dalam arti obyektif. Pendamaian ini bersifat permanen dan kekal yang ditetapkan oleh Allah antara diri-Nya dengan orang berdosa melalui kematian Kristus. Pada saat yang sama secara otomatis menjadi kepunyaan Yesus hal ini disampaikan oleh Kolose 1:13-23. Hubungan yang akrab terjalin antara Tuhan dengan umat-Nya karena pekerjaan Roh melanjutkan karya kematian Tuhan sebagai gerbang pemersatu hubungan antara ilahi dengan manusia.
Peran kedua dari Roh Kudus adalah menjadikan kita anak Allah. Menjadikan kita anak Allah dalam bahasa aslinya dipergunakan kata huios yang diterjemahkan sebagai adopsi. Kata adopsi didefinisikan sebagai mengambil orang lain yang bukan darah daging menjadi anak. Kata huios dipakai Paulus kepada orang percaya di Roma diartikan bahwa mereka telah diterima sebagai bagian dari keluarga Allah secara hukum. Adopsi ini didasarkan pada keadaan yang biasa dipergunakan oleh orang-orang Romawi jaman itu sehingga dipergunakan juga oleh Paulus sama seperti tulisannya dalam Galatia 3:26.
Adopsi romawi adalah proses dimana seseorang dipindahkan dari kekuasaan ayah alami/ kandung kepada ayah angkatnya. Kebiasaan ini dilakukan untuk melanjutkan usaha keluarga dan pilihan untuk mengadopsi sangat selektif karena pengharapan akan keturunan berikut memiliki kualitas yang sama dengan yang sebelumnya. Menurut hukum romawi anak angkat  memiliki status yang sama dan hak istimewa seperti anak kandung. Adopsi dalam pandangan romawi terbagi atas dua macam. Adopsi adrogatio adalah adopsi menyeluruh, artinya adopsi yang dilakukan kepada satu keluarga secara menyeluruh. Sementara adopsi adoptio hanya mengambil satu individu menjadi anak atau bagian dari satu keluarga.
Allah mengangkat manusia sebagai anak-Nya meskipun secara natur terdapat perbedaan nyata karena dosa melekat dalam natur manusia dan kekudusan adalah natur Allah. Ini semata-mata terjadi karena kebaikan dan kemurnian hati Allah kepada manusia. Pengangkatan ini menjadikan perpindahan posisi di bawah kendali dan kedaulatan Allah yang sepenuhnya  berkuasa dan menyatakan perlindungan-Nya bagi mereka yang diangkat-Nya.
Pada ayat 16 kata anak yang semula mempergunakan kata huios diubah menjadi “tekna”. Tekna adalah bentuk jamak dari teknon. Kata ini didefinisikan sebagai anak juga namun yang memiliki pengertian yang jauh lebih tinggi dibandingkan adopsi. Menurut Paulus orang percaya yang sepenuhnya telah dikuasai oleh Roh Allah pantas menyandang sebutan tekna. Sebutan yang memperlihatkan keadaan orang percaya yang  siap menjadi ahli waris kerajaan Allah yang berhak menerima janji-janji Allah (ay 17). Alasan penggunaan Paulus ini memberikan sebuah pengertian dalam perspektif manusia dilahirkan kembali secara spiritual.
Peranan selanjutnya dari pribadi Roh Kudus bagi orang percaya adalah menolong dalam kelemahan (ay 26a). Kata menolong diambil dari kata sunantilambavnomai, penggunaannya diperuntukkan untuk orang ketiga tunggal dalam arti Yunaninya membantu dalam mendapatkan atau membantu dalam mendukung (Liddle dan Scott, hal 1696). Kata ini hanya muncul dua kali dalam Perjanjian Baru (Lukas 10:40 dan Roma 8:26). Kata kerja ini berbicara tentang tindakan seseorang yang datang untuk mengambil beban dari seseorang. Orang yang membantu ini tidak mengambil semua beban yang dimiliki pihak yang ditolongnya, tetapi hanya sebagian saja.
Bantuan yang dinyatakan oleh Paulus dalam bagian ini adalah bantuan Roh Kudus atas kelemahan kita (orang percaya). Paulus tidak menyatakan bahwa Roh Kudus secara otomatis akan menghilangkan kelemahan-kelemahan yang dialami oleh kita, tetapi yang terjadi adalah membantu atau menopang kita dalam kelemahan yang ada. Ini disebabkan oleh kondisi manusia yang lemah karena sifat dosanya maka orang percaya benar-benar sangat tergantung kepada Roh Kudus dalam seluruh pengalaman hidup berupa penderitaan dan masalah-masalah yang ada dalam alam dosa.
Roh Kudus yang telah hadir dalam kehidupan orang percaya berperan dalam menguatkan manusia untuk dapat menghadapi problema hidup yang menimpa dan yang akan menimpa karena iman percayanya. Memampukan dengan kepemimpinan-Nya yang senantiasa hadir, sehingga orang percaya tetap ada dalam kondisi yang diinginkan Allah.
Kelemahan dalam bahasa Yunani berasal dari kata benda astheneia (genitif pertama) yang menunjukkan kelemahan dalam kondisi manusia, kerentaan dari kehidupan manusia atau sifat halus perempuan. Kadang-kadang kelompok kata ini  juga disebut moral "kelemahan" atau kurangnya determinasi atau keyakinan (Link, Colin Brown, Kamus International Baru Teologi Perjanjian Baru, Volume 3, halaman 993).
Dalam definisi inilah kuasa Roh Kudus bekerja. Keadaan manusia yang terbingkai pola dosa mengakibatkan ketidakmampuan secara spritual bagi manusia untuk dapat bertahan dalam kondisi-kondisi berat yang bisa menggoyahkan iman. Memang yang berhadapan dengan semuanya ini adalah kita sebagai manusia akan tetapi kuasa Roh Kuduslah yang menolong untuk memampukan kita tetap berdiri pada jalur kehendak Allah.