Saya dan istri suatu saat setelah menikah pindah tempat tinggal di sebuah kontrakan petak keluarga dan memilih merantau jauh dari keluarga besar kami masing-masing supaya bisa belajar mandiri.
Kami menepati sebuah kamar yang paling pojok dan persis sebelah kamar kami ada pasangan muda yang baru juga menikah dan menepati tempat tersebut.
Setelah tinggal beberapa waktu lamanya saya memperhatikan (bukan kepo cuma tanpa sadar.. Hehe!) satu kebiasaan dari keluarga yang di samping kami ini. Sering kali terdengar teriakan dari sang istri yang membentak. Kadang pula ada erangan penuh kemarahan. Tanpa rasa malu dan segan kepada tetangga lain peristiwa ini terus berulang.
Menariknya dari keadaan ini adalah si suami tidak pernah membalas bentakan dan omongan kasar istrinya. Dia hanya diam dan seolah-olah menikmati semua umpatan dari mulut wanita yang dicintainya.
Setelah beberapa waktu kami baru paham akar persoalan yang menimpa mereka. Bukan KDRT suami atau semacamnya melainkan posisi suami yg hanya pengangguran sementara sang istri punya karir dan posisi yang bagus di tempat kerjanya.
...
Teman-teman sekalian saya sering bertanya pada diri apakah uang adalah jaminan kebahagiaan? Ataukah harta adalah garansi keharmonisan? Tampaknya terlalu naif bukan.
Tetapi memang dari sejak jaman dulu manusia membutuhkan materi untuk memenuhi hasrat dan hajat hidupnya. Bukanlah sebuah kesalahan jika uang menjadi orientasi dan goal kita.
Tetapi usahakan supaya kita yang menguasai uang dan bukan sebaliknya ya kawan.
Juga sebuah keniscayaan bagi suami sebagai kepala keluarga dan sumber nafkah. Tetapi bisa saja si suami pada saat itu memang ada dalam keadaan yang serba salah karena sulitnya mencari kerja sekarang ini.
Alangkah bijaknya bagi sang istri untuk menempatkan diri dan kodratnya sebagai pihak yang diciptakan Tuhan sebagai penolong bukan sebagai biang persoalan.
Dukunglah suamimu entah dalam keadaan apa pun juga. Karena bagi pria waras tidak mungkin akan membiarkan harga dirinya terinjak-injak jika tidak dapat menjadi sumber nafkah bagi keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar