10 April 2020

Paniknya Menjadi Calon Ayah

Kami menikah bulan november 2019 dan punya keinginan segera memiliki bayi karena ini merupakan cucu pertama dalam keluarga besar kami berdua. Dewi, istri saya anak pertama dan saya anak kedua sekalipun ada kakak saya namun Tuhan belum memberi ijin kehadiran anak bagi keluarga mereka.

November, desember pun berlalu tetapi kami belum menerima tanda-tanda bahwa dewi hamil. Kami tidak menyerah, selain menjaga kesehatan dan istirahat cukup, makan gizi seimbang dan melakukan hubungan intim kami pun selalu berdoa karena apa pun usaha kami tanpa keputusan dan kedaulatan ilahi ya percuma.

Januari dan februari pun sama. Tetapi kami menolak berhenti berjuang. Hingga bulan maret 2020 dewi merasakan ada perubahan pada fisiknya seperti timbul banyak biji-biji seperti jerawat di wajah dan ditambah telatnya datang bulan. Karena penasaran kami coba menunggu 1 minggu sebelum melakukan test pack. Sebab dewi takut harapannya sia-sia jika kami melakukan uji hamil saat itu.

Setelah lewat 1 pekan akhirnya dewi berani melakukan test urin. Deg-degan luar biasa yang kami rasakan. Saya sampai mondar-mandir menanyakan hasilnya. Dia pun sama cemasnya menanti hasil sekitar 15 menit waktu yg dianjurkan dalam penggunaan tes urin itu.

Puji Tuhan kaget, senang dan sekaligus panik karena hasilnya terlihat jelas 2 garis. Kami sibuk bersyukur dan kemudian menghubungi keluarga besar kami memberikan info ini. Semua keluarga bersyukur serta bersukacita dan mendoakan yang terbaik bagi dewi dan calon anak kami. 

Beberapa waktu kemudian kami melakukan usg dan dokter mengatakan baru terjadi penebalan. Belum ada embrio di sana. Tapi itu berita baik karena memang begitulah proses di minggu-minggu awal kehamilan. 

Sungguh bersukacita kami berdua karena berkat yang luar biasa ini. Sekarang calon bayi kami memasuki masa 2 bulan dalam kandungan. 









Menanti masa persalinan yang kurang lebih 7 bulan lagi membuat saya sebagai calon ayah menjadi cemas. Selalu saja muncul di benak siapkah saya menjadi seorang ayah? Apa yang harus dipersiapkan, ekspresi apa yang seharusnya saya tunjukkan, bagaimana cara menimang, mendidik dan membesarkan anak kami ini.

Ini wajar sebab tanggung jawab menjadi seorang ayah bukan perkara mudah. Kita harus menjadikan diri kita role mode anak dalam berprilaku hingga dewasa.
Hmm, terlalu jauh apa yang saya pikirkan rupanya.. Hehe
Biarkan saja mengalir karena keadaan pada akhirnya akan membentuk kita untuk menjadi seorang ayah yang bijaksana, dewasa dan bertanggung jawab dengan keluarga dan terutama anak kita.

Doakan y teman-teman supaya calon bayi dan dewi tetap sehat. Terimakasih
GB

Tidak ada komentar: