19 Oktober 2011

Kesaksian Rohani (2)

DARPITO PUDYASTUNGKORO (MANTAN PANGDAM JAYA & PANGDAM DIPONEGORO)
Kesaksian Bapak yang ramah ini disaksikan penulis saat bersama mengadakan pelayanan di Pulau Seram (Maluku) beberapa bulan lalu. Jendral bintang dua kelahiran Semarang 31 Agustus 1952 adalah seorang tentara yang juga aktif melayani Tuhan di berbagai tempat baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Kesaksian yang ingin penulis sampaikan adalah saat beliau ditugaskan di Irak dalam keanggotaan pasukan garuda di bawah komando PBB dalam menjaga perbatasan Irak-Iran yang terlibat perang. Beliau ditugaskan bersama seorang tentara Kanada yang bernama Parkinson dan dua orang pasukan Irak yang di mana seorang bertugas sebagai pemandu jalan.
Suatu saat ketika sementara berada di markas penjagaan, mereka mendapat informasi pergerakan tentara Irak yang mengambil posisi tembak terhadap tantara Iran di perbatasan. Jarak yang ditempuh dari komando penjagaan menuju tempat pasukan Irak cukup jauh. Dan mereka tempuh lewat jalan kaki. Seperti kebiasaan, mereka berjalan agak memutar dan bukannya lurus karena menghindari medan ranjau yang ditanam oleh Irak. Posisi jalannya adalah berbaris di mana Penunjuk jalan bagian terdepan kemudian Pak Darpito sebagai komandan, disusul tentara Irak dan tentara Kanada dan di bagian akhir.

Saat pertengahan jalan, tentara Irak mengusulkan untuk lewat jalan tengah atau lurus karena memutar memerlukan jarak yang jauh dan tenaga yang lebih banyak terkuras. Pak Darpito menolak dengan alasan lain pula karena mereka telah terbiasa dengan jalan memutar ini. Namun usul dari tentara Irak disetujui oleh Tentara Kanada dan diperkuat dengan adanya penunjuk jalan yang telah terbiasa melewati area tersebut. Setelah berdebat dan votting akhirnya disepakati untuk mengikuti saran Tentara Irak. Pak Darpito yang awalnya menolak pun setuju karena kalah suara, meskipun dia pemimpin.

Saat akan berjalan, tiba-tiba Pak Darpito mendengar suara yang berkata"HATI-HATI" sebanyak 3 kali. Pak Darpito bingung karena tidak seorang pun yang bisa berbicara dan mengerti bahasa Indonesia selain dirinya di situ. Setelah mendengar suara itu, Pak darpito menghentikan langkah dan mengubah posisi jalan. Penunjuk jalan di depan, Tentara Irak dan tentara Kanada, dan akhirnya Pak Darpito berpindah posisi ke belakang.

Belum beberapa lama perjalanan, tiba-tiba "Duuuaaarrrrr..." bunyi ledakan yang besar terjadi. Ternyata penunjuk jalan menginjak Ranjau yang tertanam. Ketika Pak Darpito bangun yang terlihat adalah penunjuk jalan telah hancur berkeping-keping dengan usus terburai kemana-mana dan tentara Irak yang mengusulkan jalan pun mati. Sementara tentara Kanada mengalami robekkan di bagian perut namun tidak mati. Di pihak lain, Pak Darpito tidak terluka sedikit pun.
Puji Tuhan, itulah yang dikatakan beliau saat melihat kejadian itu.
beliau menyadari bahwa suara tadi adalah suara Tuhan dan beliau semakin yakin penyertaan Tuhan bagi hidupnya.

Tidak ada komentar: